Selasa, 21 September 2010

Perkembangan Calung

Belum diketahui mengenai data yang pasti mengenai awal kelahirannya, berdasarkan bentuknya calung di Jawa Barat terdiri dari empat macam bentuk, yaitu Calung Rantay, Calung Tarawangsa, Calung Gamelan dan Calung Jingjing .

Kesenian calung merupakan sajian karawitan dalam bentuk sekar-gending, yaitu mempergunakan sekar (vokal) dan gending (instrumen) dalam penyajiannya. Alat musik calung adalah salah satu alat musik Sunda yang terbuat dari bambu , namun tidak semua jenis bambu bisa dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan calung, biasanya bambu yang berwarna kehitam-hitaman atau biasa disebut awi wulung. Adapun pengertian calung menurut Kamus Umum Basa Sunda adalah ‘tatabeuhan tina awi guluntungan, aya anu siga gambang aya anu ditiir sarta ditakolannana bari dijingjing’ (tetabuhan yang terbuat dari bambu, ada yang seperti gambang, ada yang disemat serta ditabuh sambil dijinjing). Sedangkan pengertian lain dari calung adalah seni pertunjukan yang waditra pokoknya mempergunakan calung .

Seni pertunjukkan calung saat ini telah mengalami banyak perkembangan dalam penyajiannya dan bentuknya. Pada awal keberadaannya kesenian calung berfungsi sebagai sarana ritual, yaitu upacara penghormatan terhadap Dewi Sri pada perayaan panen, namun seiring berjalannya waktu, pertunjukan calung kini bergeser fungsi menjadi sarana hiburan bagi masyarakat umum. Hal ini terjadi setelah calung mengalami perubahan dalam pengemasannya. Menanggapi hal tentang perkembangan kesenian, Soedarsono berpendapat bahwa:

‘…………..Pada zaman teknologi modern ini secara garis besar fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan manusia bisa dikelompokan menjadi tiga: 1) sebagai sarana upacara, 2) sebagai hiburan pribadi, 3) sebagai tontonan. Meskipun dalam sejarah fungsi tertua dari seni pertunjukan adalah untuk upacara,……………..’(Soedarsono 1985:18).

Setelah mengalami masa perkembangan dalam bentuk dan kemasannya , kesenian calung telah melahirkan banyak grup yang cukup dikenal oleh masyarakat, diantaranya calung UNPAD, calung Ria Buana, calung DAMAS, Layungsari, grup calung Glamour , Jebrag dan banyak lainnya.
Dari beberapa grup calung di atas telah melahirkan para vokalis atau penyanyi calung yang pada prinsipnya memiliki sebuah warna vokal atau ciri yang khas di bandingkan jenis vokal pada karawitan Sunda, seperti pada kawih, tembang, dan sebagainya. Salah satu penyanyi lagu-lagu calung yang cukup dikenal masyarakat hingga kini adalah Hendarso atau Darso. Masyarakat mengenal dengan baik sosok Darso dari gaya yang khas dalam membawakan lagu-lagu yang dinyanyikan. Suara vokal yang disertai ornamentasi-ornamentasi, gaya berpakaian dan sikap dalam bernyanyi seakan-akan menjadi suatu ciri yang khas dan akrab bagi masyarakat. Mengutip ungkapan Yus Wiradiredja dalam Iman Herawandi bahwa : ‘Kelebihan dari grup lain, Calung Darso memiliki penggarapan seni yang baik, terutama penyajian dan pengolahan suaranya belum ada yang menyisihkan’. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ubun Kubarsah pada sumber yang sama :

“Grup Calung Darso memiliki identitas pembawaan vocal dari juru sekarnya yaitu Hendarso dalam menyanyikan lagu-lagu, baik karya lagu sendiri atau karya orang lain, teknik vocal khas, bentuk lagu sederhana banyak ornamentasinya. Sehingga setiap lagu yang dibawakan baik lagu sendiri maupun lagu orang lain terasa lagu tersebut memiliki identitas suara Darso” ( Herawandi 1997:6).

Tidak diketahui apa yang melatarbelakangi penampilan Hendarso dalam membawakan setiap lagu yang dinyanyikannya, suaranya, cara berpakaiannya, apakah ia ‘mencontoh’ penampilan dari salah seorang penyanyi yang pernah ada sebelumnya, ataukah ini dapat dipandang sebagai sebuah kreativitas dari seorang Hendarso. Seperti yang di ungkapkan Guilford dalam Deni Hermawan mengenai definisi kreativitas pada dimensi person menyatakan :”Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people” (Kreatifitas diartikan sebagai kemampuan yang merupakan sifat-sifat orang kreatif) . Ataukah kreativitas Darso terbentuk melalui sebuah proses berkesenian, mengacu pada pendapat Munandar yang menyatakan :”Creativity is a process that manifest it self in fluency, in flexibility as well as in originality of thinking” (Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin sendiri dalam kelancaran, keluwesan juga keaslian pemikiran) .

copas : punklung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar